"Reiji, Kau sudah menghabiskan waktuku.. Akan kuberitahu satu hal.." Night berkata kepadaku tapi tidak melihat kepadaku. "Salamencemu terlalu cepat berubah. Jika di skalakan 1 sampai 100, Bagon menjadi Shelgon di angka 30, maka Salamence ada di angka 50." Ia menjelaskan dengan nada yang cukup rendah. "Lalu? Itu tidak akan berpengaruh apapun! Salamence, Draco... METEOOR!!" Salamence milikku memanggil meteor meteor turun dari langit, menghantam Salamence milik Night. Meteor itu terus berjatuhan, bahkan arena ini menjadi penuh dengan asap. "Salamencemu hanya berada di skala 32, kau terlalu memaksakannya. Kau pikir kau trainer hebat dengan seekor Salamence?" Meteor-Meteor itu masih turun dari langit, tapi reaksi Night biasa saja. Bahkan bar HP milik Salamence hitamnya tidak berkurang sama sekali. "Bagaimana bisa?!" Keluhku pelan melihatnya. Akhirnya meteor itu berhenti, asap-asap mulai hilang. Namun salamencenya tidak ada disana. "Salamence, Shadow, Force!" Tiba tiba muncul bayangan hitam dari belakang dan menghantam Salamence-ku.!
Salamence milikku melemah, HP barnya turun ke angka 4%, jauh dibanding miliknya. "Ayo Salamence, jangan menyerah! Dragon Breaath!!" Salamence milikku mengeluarkan api dari mulutnya. "Bodoh." Salamence milik Night menahannya, lagi lagi hanya dengan 1 tangan. "Apa kau pernah tahu resiko menggunakan Draco Meteor? Kau masih terlalu lemah untuk menjadi Seorang Gym Leader, Bahkan bermimpi untuk mendapatkan semua Badge?" Night bertanya padaku, dengan tatapan yang menyeramkan. Aku tidak sanggup untuk menjawabnya. Bahkan mendengarnya saja aku sudah tau. Aku masih jauh dari itu. "Diam! Salamence, Dragon Cl...!"
"Salamence, Extreme Speed!"
Salamence milikku terjatuh, HPnya turun ke angka 0. Aku tanpa sadar terjatuh. Aku sangat malu.. Aku bahkan tidak bisa mempertahankan diriku sendiri dari orang lain.. "Jadi, Reiji. Akan Kumusnahkan kau sekarang juga.. fufu.." Night mengangkat tangannya tinggi tinggi "Salamence.. Draco, Meteoor!" Meteor-meteor mulai berjatuhan. Satu Persatu terjatuh disampingku, bahkan ada yang nyaris mengenaiku.. "Aku.. Tak mau.. Berakhir begini! Uaaaaaahhhhh!!" Aku berteriak sangat keras, aku masih belum kalah! Aku berdiri, walaupun Meteor-meteor unyu ini masih berjatuhan, selama masih belum mengenaiku, masih belum game over!
"AAAAAAAYOOOOO! Salamence! Beerdiriii!" Aku berteriak kepada Salamence didepanku, sambil menatap keatas. Di langit itu masih banyak.. Banyak sekali Meteor yang masih akan jatuh. "Reiji" Disampingku ada seseorang, dengan Feraligatr. "Jangan menyerah" Seseorang lagi dengan Blazikennya. Aku menghadap kebelakang, disana ada Ramz dan Redz. "Jangan lupa, suatu saat kita akan bertemu lagi, jangan menyerah, kawan!" Aku bengong melihat mereka. Bukannya mereka sudah mati? Apasih yang dipikirkan penulis cerita ini? Kenapa lanjutannya lama banget? Ah, bukan masalah itu. Lalu, Mereka berdua, beserta Pokemonnya hilang menjadi butiran butiran yang bersinar dibawah hujan meteor yang aku bingung, kok gaada yang kena? Butiran itu mendekati Salamence, dan.. Kalian pasti tahu kelanjutannya...
"Humph.. Sudah kuduga" Night tersenyum melihat Salamence-ku berdiri. Meteor-Meteor saat ini.. ya.. Masih hujan Meteor saat itu. "Salamence! Draco Meteor, Sekuat-kuatnya maksimal!" Perintahku kepada Salamence dengan kata kata yang berantakan. Meteor Meteor kami Bertabrakan satu sama lain, Dan terjadi ledakan yang besar di langit!
"Aku.. Masih sanggup bertanding!" Aku menunjuk kepada Night sambil berkata demikian.. Ia menepuk tangannya, latar belakang stadium tadi, kini berubah menjadi.. Taman Bunga?
*
"Duduklah, akan kujelaskan semuanya" aku mengangguk mendengar kata-kata itu dari Night. Aku berkeringat dingin, sekaligus senang. Ternyata aku tidak harus melanjutkan pertandingan sulit itu lagi. "Aku.. Mengganggumu bukan karena ingin mengambil tubuhmu" Katanya sambil menatap kedepan, padahal didepan cuma ada padang bunga yang tidak ketahuan sampai mana ujungnya. "Lalu?" Tanyaku. "Kau adalah keturunan Ozora, terakhir." "Terakhir? Apa maksudmu?" Tanyaku bingung. Aku kira selama ini aku bersaudara dengan Lance dan Claire?
"Saat kau lahir, ibumu meninggal. Lalu saat kau berumur 7 tahun, ayahmu, satu satunya pewaris keluarga kita wafat. Saat ini tersisa kau, Seorang anak muda yang menjadi pewaris keluarga Ozora, termuda." Aku kaget, atau shock. "Lalu.. bagaimana bisa kakek masuk kedalam jiwaku?" Tanyaku kepadanya. "Jiwaku akan kembali hidup di jiwa seorang pewaris terakhir Ozora terancam, yaitu.." "Aku?" Jawabku tangkas. "Ya, kamu. Aku mengambil alih tubuhmu untuk mengambil Spesimen DNA beberapa Pokemon Legendaris, Dialga, Palkia, dan Giratina" aku hanya mengangguk angguk, itu nama Pokemon dari planet mana coba? Ia memberikanku sebuah kalung, Kalung berbentuk Sayap, Sayap Kanan (Bukan Ayam!) "Ini, kalungkanlah ini, Selama kau kalungkan ini, aku dapat mengontakmu." "Hah? Gimana caranya?" tanyaku penasaran. "Kayak film Yu-Gi-Oh! gitu ya?" Tanyaku lagi karena masih bingung. "Ya, benar. Akan kuceritakan lagi semuanya saat kau sudah kembali ke dunia nyata."
"Nah Reiji, saat kau terbangun, kaburlah dimanapun kamu berada. Lalu lanjutkanlah perjalananmu. Karena saat kau bangun ada sedikit masalah di luar sana." Reiji berkata kata panjang lebar tapi hanya masuk kuping kiri keluar kuping kanan. "Terus caranya balik ke RL gimana?" aku mau buru buru keluar kok malah diceramahin? "3..2..1" Reiji menghitung mundur.. lalu..
0!
"Kau.. Kemana master Night?!" Seorang wanita menarik kerahku, dia pasti.. White! Sudah kuduga dia memang penjahat, sejak sikap anehnya di Fallabour! "Minggir!" Aku langsung berdiri, dan lari.. tapi.. Ini di kapal! "White! Apa-apaan ini!" tanyaku curiga kepadanya. Padahal dulu aku nyaris jatuh cinta padanya. "Blissey keluarlah, Ice Beam!" serangan pertama saat aku kembali ke tubuh asliku.. wow.. just wow.. "Scizor keluarlah!" Scizor menahan Ice Beam dengan elemen besinya. "Humph, apapun alasanmu, itu bukan urusanku, White! Yang lalu biarlah berlalu! Cukup sampai disini saja ya!" Sesuai perintah kakek, aku mengeluarkan Salamence untuk menggunakan Fly. "Cih! Blissey.. Hyper.." "Flygon! Draco Meteor!" Perintah White terputus saat Ryuji muncul dan menghancurkan hari. Well, dia itu figuran banget ya? "Reiji! Hati-hati! Lemparlah kalungmu ke langit!" Suara kakek bergema di kupingku. Bagaimana bisa ya? hmm. "Yang ini? Ciyusan?" Tanyaku mengingat kalung itu baru saja dikasih, masa disuruh dibuang? "Buang, dan teriakkan namaku sekeras mungkin!" Hah.. Apa? Baiklah, kata orang orang mendengarkan perintah orang tua itu bagus, Aku melempar kalung sayap itu sambil meneriakkan..
"Nightwyvern!"
Salamence yang kutunggangi bersinar.. "Apa.. Apa ini?!" aku kaget serta panik Hujan meteor (lagi..) sudah mendekatiku. Saat aku membuka mata.. Banyak kabut hitam menyelimuti.. "A.. Apa?! Salamenceku.. Menjadi mirip punya Night?!" Jelas saja aku kaget, wong biasanya biru merah jadi item abu abu? "Inilah keuntungannya kau punya kalung ini anak muda! Sekarang gunakan jurus Roar of Time!" Roar of Time katanya? heeeee........... "Roaar of Tiiime!!" Aku memerintahkan Salamence sambil berpose keren... Dan.. Salamence mengeluarkan Gema yang sangat keren sambil bersinar dan... wow.. Jurus apa ini? Meteor meteor itu lenyap.. Dan aku berhasil kabur.. Lama kelamaan Salamence kembali menjadi wujudnya dan kalung itu tiba tiba muncul lagi dileherku. "Ingat, setiap kau menggunakannya, tenagamu akan terkuras. Biasakan jangan menggunakannya terlalu lama!" hmm.. Aku benar benar tidak percaya apa yang daritadi aku alami.. Ini benar benar misterius..
*
Aku sampai di kota Lilycove. Inilah awal dari perjalananku.. Masih banyak yang akan terjadi, dimana semua itu akan mengantarkanku ke sebuah tempat.. Region POIN..